Seperti Pohon Yang baik

“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan si izin Rabbnya….” (QS. Ibrahim [14]: 24-25)

Setelah membaca sampai ayat ini, saya berhenti sejenak. Pikiran saya melayang jauh ke belakang, tepatnya tahum 1928 M, dimana Imam Hasan Al-Banna memulai perjuangan dakwahnya. Saya bukan hendak menafsirkan ayat di atas, tetapi saya merasakan betul saat ini bahwa perumpamaan yang Allah sebutkan itu benar adanya, dan saya merasakan betul hari ini bagaimana Allah membuktikan perumpamaan kalimat yang baik itu.

“…Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat” (QS. Ibrahim [14]: 25)

Saya berhenti pada ayat tersebut di atas, dan menutupnya. Lalu saya beranjak membuka lembaran sejarah Imam Hasan Al Banna pada saat pertama kali beliau berjuang membangun bangunan dakwah baru ini di era modern.

Dalam lembaran mengenang tokoh fenomenal abad 20 dengan pemikirannya, saya menemukan ungkapan yang sama persis maksudnya dengan ayat di atas. Dalam tulisan tertulis,

Banyak orang yang lahir dan kemudian meninggal namun dunia tidak merasakan keberadaan dan kehilangannya, dan ada juga diantara mereka yang hidup dan meninggalkan dunia dengan mewariskan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain; seperti shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang salih, namun sangat sedikit orang yang hidupnya memberikan warisan yang sangat baik dan bermanfaat, sehingga pada saat meninggalnya, dirinya tidak meninggalkan dunianya kecuali bersemayam dalam dirinya kemuliaan sejati.

Ya, itulah yang diwariskan oleh Imam Hasan Al Banna, “Kalimat Yang Baik”. Warisan terbaiknya bukan berupa harta, melainkan berupa pemikiran yang kompherensif sebagai pondasi dan rujukan dakwah di era modern ini. Pemikiran beliau lahir dari hasil kajian beliau terhadap Al-Qur’an dan Sunnah sesuai yang di ajarkan Rasulullah saw dan dipahami para Shalafushaleh, tidak beliau kurangi maupun tambah.

Dan hari ini kita tetap merasakan warisannya, karena ia termasuk dalam “Kalimat yang baik” sehingga Allah menjamin keuntuhannya dari generasi ke generasi. Dan warisan itu tidak hanya berupa pemikiran saja, tapi perjuangan dan pemikiran dakwah beliau juga telah melahirkan secara turun-menurun generasi-generasi Qur’ani yang telah tercerahkan oleh Al-Qur’an. Dan saya yakin anda juga bisa merasakannya.

Hal ini tentu lebih terasa lagi di mesir, karena cikal bakal pemurnian kembali pemahaman islam bermula dari sana. Sebagaimana kalimat yang baik itu ibarat pohon yang baik,”Tak gugur daunya,  kokoh pokok dan batangnya, dan menjulang kelangit cabangnya kata sang Nabi.

Kita bisa melihat bagaimana fase awal perjuangan Imam Hasan Al Banna, lalu beliau di bunuh dan semua kader Ikhwanul Muslimin di tangkap dan dimasukan ke dalam penjara. Tidak sampai di situ, penyiksaan bertubi-tubi terus menghampiri mereka. Setelah bebas timbul, dan sebutan untuk mereka sebagai organisasi teroris dan terlarang, dan berbagai macam fitnah lainnya. Namun mereka tetap tegar berjuang,. Keteguhan mereka tidak berubah, perjuangan mereka tetap kokoh di atas manhaj sang Nabi, dan cita-cita mereka tetap menjulang ke langit, bahwa suatau saat nanti akan tiba masanya dimana dakwah akan menuai dan memitik hasilnya. Dan benar saja, harapan itu telah menampakkan fajarnya. Revolusi di timur tengah telah melahirkan musim semi bagi dakwah, saatnya kita merawat buah dakwah ini dengan baik hingga matang agar bisa kita petik dan nikmati bersama.

Begitulah kalimat yang baik itu, “Benar-benar Seperti pohon yang baik” Kata Sayyid Quthb dalam fi zhilalil Qur’an. “Ia kokoh, menjulang tinggi, dan berbuah lebat. Ia kokoh tanpa bisa digoyahkan badai, tak dapat dirobohkan angin kebathilan, dan tak mempan dicangkul kesewenang-wenangan, meskipun semua orang membayangkan bahwa pohon tersebut menghadang bahaya yang besar pada sebagian kesempatan. Ia menjulang tinggi, Berjaya di atas segala kenistaan, kezhaliman, dan kesewenang-wenangan, meskipun sementara orang berkhayal bahwa kejahatan dapat menerpanya di udara. Ia juga berbuah dan buahnya itu tidak pernah berhenti, karena akar-akarnya tumbuh di dalam jiwa-jiwa, terus berkembang dari masa ke masa” lanjut Sayyid Quthb dangan penuh gelora.

“…perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan si izin Rabbnya….” (QS. Ibrahim [14]: 24-25)

Dan hari ini kita juga melihat bagaimana suara kebathilan perlahan mulai tumbang. Para pemimpin dictator dan zhalim mulai berjatuhan dari singgasanganya.

“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah tercerabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tertegak sedikitpun.” (QS. Ibrahim [14]: 26)

Lalu Allah menguatkan kita dengan ayat berikutnya.

“Allah mengokohkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Adalah Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim [14]: 27)

Leave a comment