Hidup Bukan Untuk Sepotong Roti Belaka

Adzan subuh berkumandang, si fulan masih saja tertidur lelap bersama bantal gulingnya. Cuaca yang dingin pada pagi itu menambah kenikmatan untuk tidur sehingga meski alarm jamnya berbunyi ia masih saja terlihat malas untuk bangkit dan tak lama setelah itu setengah sadar ia matikan alarmnya dan meneruskan mimpi yang sepertinya belum berkesudahan.

Dan akhirnya terbangunlah ia jam 06.00. Ia telah terlambat sholat subuh satu jam. Tanpa rasa penyesalan ia masuk ke kamar mandi lalu berwudhu, setelah itu kembali lagi ke kamar untuk melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat ia lansung bangkit tanpa harus berdoa terlebih dahulu kepada Tuhan yang baru saja memberikan kehidupan kepadanya setelah tertidur pulas. Yang dikerjakannya setelah sholat adalah menonton berita, berita apa saja.

Setelah itu ia segera bersiap-siap berangkat untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari di luar sana, untuk mencari sesuap nasi kata orang-orang. Setalah pulang, ia masih seperti itu. Ia sholat tampak lalai. Sholat isya saja dilakukan jam 21.00, padahal waktu isya sudah masuk 1 jam yang lalu. hanya karena menonton siaran televisi ia menjadi orang yang terlalu sibuk hingga melalaikan sholat.

Kehidupan yang ia jalankan setiap hari selalu begitu. Di siang hari pun kehidupannya jauh dari nilai-nilai spiritual. Hanya terkadang-kadang saja ia sholat dzuhur berjamaah di mesjid. Setelah itu ia kembali dengan kesibukkannya, dan ternyata kesibukkannya bukan karena pekerjaan saja, tapi juga sibuk dengan berjejaringan sosial di dunia maya.

Begitulah kehidupannya setiap hari. Bekerja, pulang, belajar, tidur, makan, nonton televisi, menerima gaji, menikah, punya anak, dsb.

***

Kawan, rasanya dunia terlalu sempit jika dilakukan hanya untuk aktivitas-aktivitas yang seperti itu saja.

 Bapak, Ibu, esensi hidup kita bukanlah hanya untuk kehidupan dunia belaka.

Sesungguhnya kita diciptakan hanya untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah swt.. Dan aktivitas keduniaan kita hanyalah penunjang ibadah kita, karena kita juga diciptakan untuk menjadi khalifah, jadi memakmurkan bumi juga menjadi kewajiban. Tetapi tentu tidak ada alasan, karena kita sibuk dengan pekerjaan dunia lalu lupa dengan Tuhan yang menciptakan kita dan yang telah memberikan kita rezki. Karena esensi memakmurkan bumi adalah melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangannya.

Hidup kita bukanlah untuk sepotong roti belaka

Hidup kita bukan hanya untuk memenuhi syahwat hewani saja

Hidup kita bukanlah untuk bersuka ria, bertingkah laku semaunya tanpa batas

Hidup kita adalah untuk Yang Maha Hidup

Jadi, mari memaknai setiap nafas kehidupan kita dengan keimanan kepada-Nya. Selalu melaksanakan ibadah tepat pada waktunya. Tidak lupa berdoa kepada-Nya. Membaca kitab-Nya. Dan selalu berzikir kepada-Nya.

Kita tidak akan dirugikan karena itu. Justru semua itu untuk kebaikan kita juga di akhirat kelak. Jika kita tidak mau, maka, itu semua tidak merugikan Allah, kebesaran Allah tidak berkurang karena kita lalai beribadah kepada-Nya.

So, hidup bukan untuk sepotong roti belaka, mari kembali kepada Allah…

One thought on “Hidup Bukan Untuk Sepotong Roti Belaka

Leave a comment